Sistem Informasi Geografi

Rabu, 26 Mei 2010



A.Pengertian SIG
Pernahkah Anda sebelumnya mendengar atau membaca istilah SIG? Sebagai awal
pemahaman beberapa orang pakar telah mencoba memberikan definisi mengenai SIG ini.
Tetapi bila disimak, definisi tersebut satu sama lain saling melengkapi
dan memiliki pengertian yang hampir sama.

Berikut ini, beberapa definisi SIG menurut para ahli:
1. Menurut Aronaff, 1989.
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan,
mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
2. Menurut Barrough, 1986.
SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan
kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari
kenyataan dunia.
3. Menurut Marble et al, 1983.
SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
4. Menurut Berry, 1988.
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data
keruangan
5. Menurut Calkin dan Tomlison, 1984.
SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.
6. Menurut Linden, 1987.
SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi),
analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
7. Menurut Petrus Paryono.
SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi
dan menganalisis informasi geografi.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa:
SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer
(mesin).

B. Pengelolaan Sistem Informasi Geografi (SIG)
Setelah Anda memahami pengertian SIG, sekarang Anda akan mempelajari pengelolaan SIG. Dalam pengelolaan SIG ini, yang akan dibahas meliputi, sumber informasi geografi,komponen-komponen SIG dan cara mengelola informasi geografi. Sekarang kita mulai dengan mempelajari sumber informasi geografi.

C.Sumber Informasi Geografi
Sumber informasi geografi selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu (bersifat
dinamis), sejalan dengan perubahan gejala alam dan gejala sosial. Dalam geografi, informasi
yang diperlukan harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki ilmu lain, yaitu:
1. Merupakan pengetahuan (knowledge) hasil pengalaman.
2. Tersusun secara sistematis, artinya merupakan satu kesatuan yang tersusun secara
berurut dan teratur.
3. Logis, artinya masuk akal dan menunjukkan sebab akibat.
4. Objektif, artinya berlaku umum dan mempunyai sasaran yang jelas dan teruji.
Selain memiliki ciri-ciri tersebut di atas, geografi juga harus menunjukkan ciri spasial
(keruangan) dan regional (kewilayahan). Aspek spasial dan regional merupakan ciri khas
geografi, yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain.
Karena geografi merupakan kajian ilmiah mengenai gejala alam dan sosial dari sudut pandang
spasial dan regional, maka informasi geografi bersumber dari:

1. Gejala-gejala litosfer
Gejala-gejala ini meliputi relief dan topografi, jenis tanah dan batuan, serta sistem
pelapisan batuan.
Peta di atas berjudul: Persebaran tanah di Indonesia. Peta tersebut menggambarkan
tentang persebaran jenis tanah di Indonesia berdasarkan proses terjadinya.
Berdasarkan keterangan peta:
a. putih, tanah vulkanik yaitu tanah ini banyak dipengaruhi oleh vulkanik (letusan gunung
api).
b. agak hitam, tanah non vulkanik yaitu tanah yang terbentuk pada zaman tertier (akibat
pelapukan).
c. hitam, tanah rawa (aluvial) yaitu tanah yang terbentuk dari hasil sedimentasi
(pengendapan), umumnya berada di kawasan pantai landai.

2. Gejala-gejala hidrosfer
Gejala-gejala ini meliputi peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kawasan perairan,
baik perairan darat maupun perairan laut, yang menyangkut bentuknya, sifatnya serta
fenomena lain tentang perairan.
Berdasarkan keterangan peta:
a. agak hitam, daerah dangkalan Sunda yaitu meliputi laut-laut dangkal yang berada di
sekitar laut Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulau kecil di sekitar ketiga
pulau tersebut.
b. hitam, daerah dangkalan Sahul yaitu meliputi laut-laut dangkal yang berada di sekitar
pulau Irian dan pulau-pulau kecil di sekitar pulau Irian.

3. Gejala-gejala atmosfer
Gejala ini berkaitan dengan informasi tentang cuaca dan iklim, termasuk unsur-unsurnya
dan faktor yang mempengaruhinya.
hujan (dalam milimeter) dalam setahun untuk wilayah Indonesia dan negara-negara Asia
Tenggara.

4. Gejala-gejala biosfer
Gejala biosfer berkaitan dengan tumbuhan, hewan dan manusia, yang sangat dipengaruhi
oleh unsur litosfer, hidrosfer dan atmosfer.
Indonesia yang banyak menghasilkan ikan tuna, kelapa, pala dan lainnya.

5. Gejala-gejala sosial budaya
Gejala ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat antara lain kemajuan ilmu

D.Komponen-komponen dalam SIG
Anda telah mengetahui dari mana sumber informasi geografi diperoleh. Sekarang Anda
akan mempelajari apa saja komponen-komponen dalam SIG. SIG merupakan produk dari
beberapa komponen. Komponen-komponen yang terdapat dalam SIG yaitu perangkat keras,
perangkat lunak dan intelegensi manusia.

1. Perangkat keras (Hardware)
Perangkat keras: berupa komputer beserta instrumennya (perangkat pendukungnya)
Data yang terdapat dalam SIG diolah melalui perangkat keras. Perangkat keras dalam
SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringan
komputer. Contoh: Scanner, digitizer, CD-ROM.
b. Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah,
menganalisis dan menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan, contoh: CPU,
tape drive, disk drive.
c. Alat keluaran (ouput) yang berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai data
dalam proses SIG, contoh: VDU, plotter, printer.
Bila Anda ingin gambaran yang lebih jelas, perhatikan skema berikut:
Data dasar geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CD-ROM) dimasukkan
ke komputer. Data yang telah masuk akan diolah melalui CPU (pusat pemrosesan
data), dan CPU ini dihubungkan dengan:
a. Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam disket.
b. Unit keluaran (printer, plotter) untuk dicetak menjadi data dalam bentuk peta.
c. VDU (layar monitor) untuk ditayangkan agar dapat dikontrol oleh para pemakai
dan programmer (pembuat program).
Scanner : alat untuk membaca tulisan pada sebuah kertas atau gambar.
CD-ROM : alat untuk menyimpan program.
Digitizer : alat pengubah data asli (gambar) menjadi data digital (angka).
Plotter : alat yang mencetak peta dalam ukuran relatif besar.
Printer : alat yang mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil.
CPU : (Central Processing Unit) pusat pemrosesan data digital.
VDU : (Visual Display Unit) layar monitor untuk menayangkan hasil
pemrosesan.
Disk drive : bagian CPU untuk menghidupkan program.
Tape drive : bagian CPU untuk menyimpan program.
    
2. Perangkat lunak (software
Perangkat lunak, merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan,
menyimpan dan mengeluarkan data yang diperlukan.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan skema di bawah ini!

Data hasil penginderaan jauh dan tambahan (data lapangan, peta) dijadikan satu menjadi
data dasar geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke komputer melalui unit masukan
untuk disimpan dalam disket. Bila diperlukan data yang telah disimpan tersebut dapat
ditayangkan melalui layar monitor atau dicetak untuk bahan laporan (dalam bentuk peta/
gambar). Data ini juga dapat diubah untuk menjaga agar data tetap aktual (sesuai dengan
keadaan sebenarnya).

3. Intelegensi manusia (brainware)
Brainware merupakan kemampuan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan SIG
secara efektif.
Bagaimanapun juga manusia merupakan subjek (pelaku) yang mengendalikan seluruh
sistem, sehingga sangat dituntut kemampuan dan penguasaannya terhadap ilmu dan
teknologi mutakhir. Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk memadukan pengelolaan
dengan pemanfaatan SIG, agar SIG dapat digunakan secara efektif dan efisien. Adanya
koordinasi dalam pengelolaan SIG sangat diperlukan agar informasi yang diperoleh tidak
simpang siur, tetapi tepat dan akurat.

E.Cara Mengelola Informasi Geografi
Anda telah memahami komponen-komponen dalam SIG. Sekarang marilah kita bahas
mengenai bagaimana cara mengelola informasi geografi. Secara umum proses SIG terdiri
atas tiga bagian (subsistem), yaitu subsistem masukan data (input data), manipulasi dan
analisis data, menyajikan data (output data). Baiklah kita akan membahasnya satu persatu
dari ketiga subsistem tersebut.

1. Subsistem masukan data (input data)
Subsistem ini berperan untuk memasukkan data dan mengubah data asli ke bentuk
yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Semua data dasar geografi diubah dulu
menjadi data digital, sebelum dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan
dibandingkan dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak
dan pengambilan kembali lebih cepat. Ada dua macam data dasar geografi, yaitu data
spasial dan data atribut.
a. Data spasial (keruangan), yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempattempat
di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto udara dan
penginderaan jauh dalam bentuk cetak kertas.
b. Data atribut (deskriptis), yaitu data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut
menjelaskan suatu informasi. Data atribut diperoleh dari statistik, sensus, catatan
lapangan dan tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya. Data atribut
dapat dilihat dari segi kualitas, misalnya kekuatan pohon. Dan dapat dilihat dari segi
kuantitas, misalnya jumlah pohon. 
Data spasial dan data atribut tersimpan dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), poligon
(area) dan pixel (grid). Data dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah
hujan, lokasi dan topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan,
pipa air minum, pola aliran sungai dan garis kontur. Data dalam bentuk poligon (area),
meliputi daerah administrasi, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan tanah.
2) Data peta
Data peta adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang diperoleh
dari peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital.
3) Data penginderaan jauh
Data ini merupakan data dalam bentuk citra dan foto udara. Citra adalah gambar
permukaan bumi yang diambil melalui satelit. Sedangkan foto udara adalah gambar
permukaan bumi yang diambil melalui pesawat udara. Informasi yang terekam pada
citra penginderaan jauh yang berupa foto udara atau radar, diinterpretasi (ditafsirkan)
dahulu sebelum diubah ke dalam bentuk digital. Sedangkan citra yang diperoleh dari
satelit yang sudah dalam bentuk digital, langsung digunakan setelah diadakan koreksi
seperlunya..

2. Subsistem manipulasi dan analisis data
Subsistem ini berfungsi menyimpan, menimbun, menarik kembali data dasar dan
menganalisa data yang telah tersimpan dalam komputer. Ada beberapa macam analisa
data, antara lain:
a. Analisis lebar, menghasilkan daerah tepian sungai dengan lebar tertentu
Analisis lebar adalah analisis yang dapat menghasilkan gambaran daerah tepian
sungai dengan lebar tertentu. Kegunaannya antara lain untuk perencanaan
pembangunan bendungan sebagai penang-gulangan banjir.
b. Analisis penjumlahan aritmatika (arithmetic addition) menghasilkan penjumlahan.
Analisis ini digunakan untuk menangani peta dengan klasifikasi, hasilnya menunjukkan
peta dengan klasifikasi baru.

3. Subsistem penyajian data (output data)
Subsistem output data berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai hasil analisis
data dalam proses SIG. Informasi tersebut ditayangkan dalam bentuk peta, tabel, bagan,
gambar, grafik dan hasil perhitungan.

F. MANFAAT DAN KEUNTUNGAN SIG
DENGAN MENGGUNAKAN KOMPUTER

Manfaat Sistem Informasi Geografi (SIG)
Manfaat SIG dewasa ini khususnya dalam menyongsong pembangunan di masa mendatang
semakin penting. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan
kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan
yang berkaitan dengan sumber daya alam. Juga pembuatan rencana dan kebijakan dalam
pembangunan. Berikut ini akan dibahas mengenai manfaat SIG secara lebih terperinci.
    
1. Manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam
Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba kompleks.
Perkembangan tersebut mendorong perlunya informasi yang rinci tentang data sumber
daya alam, yang mungkin dapat dikembangkan. Data aneka sumber daya alam hasil
penelitian dijadikan modal sebagai bahan baku untuk perencanaan pembangunan. Secara
sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alam adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi,
batubara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
b. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:
- kawasan lahan potensial dan lahan kritis.
- kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak.
- kawasan lahan pertanian dan perkebunan.
- pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.

c. Untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:
- memantau luas wilayah bencana alam.
- pencegahan terjadinya bencana alam di masa datang.
- menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.
Di bawah ini terdapat contoh informasi hasil SIG yang dapat dimanfaatkan untuk
pengawasan daerah bencana alam.

DAS Mahakam. Dengan adanya informasi kondisi kedua DAS sungai tersebut,
pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap daerah yang sering dilanda banjir.
Kemudian menyusun rencana upaya penanggulangannya, misalnya dengan cara
membuat bendungan (waduk).

2. Manfaat SIG dalam Perencanaan Pola Pembangunan
SIG tidak hanya penting bagi pakar geografi, tetapi juga bagi pakar perencana
pembangunan dan perencana penataan ruang. Perencana atau penata ruang dengan
berpola SIG tidak hanya melihat dari sudut lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan
sosial, ekonomi dan kependudukan. Dalam penataan ruang, SIG bermanfaat sebagai
acuan perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat terencana lebih awal dan
tidak tumbuh semrawut (tidak teratur) serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Berikut ini contoh manfaat SIG dalam perencanaan pola pembangunan.

a. Pembangunan waduk PLTA Saguling
Dilihat dari lingkungan fisiknya, lokasi proyek PLTA Saguling sangat potensial dibangun
waduk (bendungan) raksasa. Pernahkah Anda melihat waduk?
Dengan SIG, pembangunan waduk tidak hanya memperhatikan faktor kecocokan
fisik saja, tetapi juga faktor-faktor sosial ekonomi penduduk di sekitar proyek tersebut.
Dengan dibangunnya waduk raksasa, pola kehidupan masyarakat yang sebelumnya
serba darat akan berubah menjadi pola kehidupan darat dan air.

   
Melalui perencanaan yang matang, masyarakat harus dibina:
- cara dan teknik keselamatan transportasi melayari waduk.
- cara dan teknik pemanfaatan waduk sebagai sumber penghidupan (perikanan
terapung)
- cara dan teknik membuat alat-alat penunjang sumber kehidupan dan teknik
pemanfaatannya, contohnya keramba, makanan ikan dan jarak keramba dengan
keramba lainnya.
Peta lokasi dan situasi proyek Saguling hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci
dalam perencanaan pembangunan PLTA tersebut. Dengan informasi SIG
pembangunan waduk Saguling juga tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup di sekitarnya.

b. Pemekaran Kota Bandung
Perluasan kota terutama di Jawa terus tumbuh, sehingga perluasan lahan tidak dapat
dihindari. Pemekaran kota di Jawa, terutama akibat arus urbanisasi dan perpindahan
penduduk dari luar Jawa ke Jawa. Salah satu kota yang mengalami pemekaran di
antaranya Kotamadya Bandung

3. Manfaat SIG dalam Bidang Sosial
Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan,
SIG juga dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidang sosial SIG dapat
dimanfaatkan pada hal-hal berikut:
a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.
b. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola
drainasenya.
c. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
d. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.
e. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri,
sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.
Berikut ini disajikan beberapa peta hasil SIG yang dapat dimanfaatkan dalam bidang

4. Keuntungan SIG dengan menggunakan Komputer
Anda telah memahami manfaat SIG, sekarang marilah kita bahas keuntungan SIG dengan
menggunakan komputer.
Mengapa penyajian data dalam SIG menggunakan komputer? Alasannya adalah, karena
penyajian data geografi secara manual memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh
informasi yang diinginkan. Di samping itu, ketelitian informasi yang kita peroleh dengan
cara manual tergantung pada ketelitian si pembuat peta yang sangat relatif (tingkat
ketelitiannya diragukan), sehingga dengan cara manual kita tidak dapat memperoleh
informasi secara tepat dan teliti.
Dalam mengkaji persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan gejala alam dan
kehidupan di muka bumi dari sudut pandang keruangan dan kewilayahan, geografi
memerlukan informasi yang cepat, tepat dan akurat (terhindar dari kesalahan) tentang
gejala-gejala tersebut.

   
Untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat, diperlukan alat bantu untuk
menganalisis data yang diperlukan. Alat bantu tersebut merupakan suatu sistem, yang
mampu menangani data geografi secara cepat, tepat dan akurat, yaitu dengan sistem
komputer.

Selain diperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat, keuntungan SIG dengan
menggunakan komputer adalah:
1. Mudah dalam mengolah.
2. Pengumpulan data dan penyimpanannya hemat tempat dan ringkas (berupa disket).
3. Mudah diulang kalau sewaktu-waktu diperlukan.
4. Mudah diubah kalau sewaktu-waktu ada perubahan.
5. Mudah dibawa, dikirim dan ditransformasikan (dipindahkan).
6. Aman, karena dapat dikunci dengan kode atau manual.
7. Relatif lebih murah dibandingkan dengan survey lapangan.
8. Data yang sulit ditampilkan secara manual, dapat diperbesar bahkan dapat
ditampilkan dengan gambar tiga dimensi.
9. Berdasarkan data SIG dapat dilakukan pengambilan keputusan dengan tepat dan
cepat.

PELATIHAN 4
Berilah tanda sikang (X) huruf a,b,c,d atau e pada jawaban yang paling benar!
1.Menurut Aronaff,SIG merupakan system computer yang memiliki kemampuan dalam menagani data yang bereferensi geografi,kecuali….
a.Mencari data
b.Memasukan data
c.Manajemen data
d.Analisis dan manipulasi data
e.Keluaran
2.Data dasar meliputi posisinya pada permukaan bumi serta atribut dari ketampakan tersebut yang tersimpan dalam bentuk….
a.Peta dan citra
b.Tabel,laporan,dan peta
c.Pengukuran lapangan
d.Titik,garis,area
e.Dot,vector,polygon,piksel
3.Pada dasarnya system informasi geografi mengolah data secara….
a.Perhitungan
b.Manual
c.Konvensional
d.Digital
e.Visual

4.Dibandingkan dengan survey lapangan system informasi geografi memiliki keunggulan berupa….
a.Tidak tergantung pada data lain
b.System informasi geografi tidak memiliki kelemahan
c.Data dalam computer mudah dipahami semua orang
d.Pengeglolaan data dengan biaya murah
e.Data berupa gejala social lebih akurat
5.Data mengenai jumlah curah hujan,pH tanah,dan junlah pendudk suatu daerah paling tepat diperoleh melalui….
a.Data monografi
b.Data peta
c.Data t
D.pengindraan jauh
e.Data satelit
6.Berikut termasuk proses dalam system informasi geografi,kecuali….
a.Memasukan data
b.Menyimpan data
c.Pengguna data
d.Mengelola data
e.Memanipulasi data
7.Perangkat keras dalam SIG yang berfungsi untuk pemprosesan seluruh intruksi adalah….
a.CPU
b.VDU
c.RAM
d.Disk drive

e.Tape drive

8.Manfaat komputerisasi dalam SIG seperti dibawah ini,kecuali….
a.Dapat diperbaharui sebagian saja
b.Dapat dikunci dengan kode
c.Hemat dan ringkas

d.Mudah dipakai dan dapat diolah    

e.Relatif murah

9.Berikut adalah wujud keluaran hasil dari SIG,kecuali….
a.Data
b.Peta
c.Table
d.grafik
e.Laporan

10.Urutan tahapan kerja pada SIG adalah….
a.Input,analisis,penyimpanan,output
b.Input,analisis,output
c.Input,penyajian,output
d.Input,penyimpanan,output
e.Input,penyimpanan,analisis,output





Read more...

Biosfer Dan Persebaran Hewan Tumbuhan

Selasa, 18 Mei 2010


Tahukah Anda kapan bumi terbentuk? Bumi terbentuk kira-kira 5 milyar
tahun yang lalu, setelah bumi berumur 1 milyar tahun terbentuklah air dalam
wujud cair yang memungkinkan terciptanya kehidupan di bumi. Bentuk
kehidupan di bumi dimulai di air pada 3,5 milyar tahun yang lalu berupa bakteri,
baru 600 juta tahun yang lalu muncul hewan bercangkang dan bertulang.
Makhluk hidup terus berevolusi membentuk berbagai jenis termasuk manusia
yang bentuk awalnya sudah dimulai kira-kira 2 juta tahun yang lalu. Seluruh
sistem kehidupan di bumi termasuk unsur pendukungnya membentuk suatu
sistem yang disebut biosfer, termasuk di dalamnya makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan). Dalam bab ini akan dibahas tentang biosfer dan persebaran hewan
tumbuhan.

A. Pengertian Biosfer
Secara etimologi biosfer merupakan gabungan dari dua kata, yaitu bio yang
berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat
hidup (habitat) makhluk hidup. Biosfer meliputi lapisan litosfer, hidrosfer, dan
atmosfer. Ketiga lapisan tersebut saling
berinteraksi dan membentuk lapisan biosfer
tempat ditemukannya kehidupan di bumi.
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai
tempat masing-masing di biosfer untuk tetap
hidup sesuai dengan caranya. Tempat hidup
itu disebut habitat, yaitu tempat hidup suatu
organisme. Tempat hidup dengan unsurunsurnya
beserta makhluk hidup yang tinggal
di suatu kawasan secara keseluruhan akan
membentuk sistem kehidupan yang disebut
ekosistem. Sistem kehidupan di biosfer yang
sebesar bumi secara umum dibagi menjadi
ekosistem daratan (terrestrial ecosystem),
ekosistem laut (marine ecosystem), dan
ekosistem air tawar (fresh water ecosystem).
Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar
dari tingkat yang paling sederhana (protoplasma) ke tingkat organisasi yang
paling kompleks (biosfer). Tingkat organisasi dari bawah ke atas, semakin
kompleks.
Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik
yang kompleks seperti lemak, protein, dan sejenisnya.
Sel adalah satuan dasar suatu organisme
dan terdiri atas protoplasma
dan inti yang terkandung dalam membran.
Jaringan adalah kumpulan sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang
sama, misalnya jaringan otot.
Organ adalah bagian dari suatu organisme


yang mempunyai fungsi
tertentu, misalnya kaki atau telinga
pada hewan dan manusia, daun atau
akar pada tumbuhan.
Sistem organ adalah kerja sama
antara struktural dan fungsional yang
harmonis, misalnya kerja sama antara
mata dan telinga, antara daun
dan batang pada tumbuhan.
Organisme adalah suatu benda
hidup, atau makhluk hidup.
Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan berkembang
biak pada suatu daerah tertentu. Misalnya, populasi manusia di Jakarta, populasi
banteng di Baluran, atau populasi badak di Ujung Kulon.
Komunitas adalah semua populasi dari
berbagai jenis yang menempati suatu
daerah tertentu. Pada daerah tersebut
tiap populasi saling berinteraksi.
Misalnya, populasi harimau berinteraksi
dengan populasi gajah di Sumatra
Selatan, populasi ikan emas berinteraksi
dengan populasi ikan mujaer di kolam.
Ekosistem adalah tatanan kesatuan
secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi. Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik yang kompleks
antara organisme dan lingkungannya
baik yang hidup maupun tak hidup
(tanah, air, udara), yang secara bersamasama
membentuk suatu sistem ekologi.
Misalnya, ekosistem hutan mangrove di Segara Anakan atau ekosistem air tawar
di danau Toba.

B. Persebaran Hewan Tumbuhan di Muka Bumi

1. Persebaran Hewan (Fauna) di Muka Bumi

a. Fauna di Padang Rumput
Padang rumput merupakan habitat dari berbagai jenis binatang, karena
padang rumput menyediakan segala yang dibutuhkan oleh hewan-hewan
pemakan rumput (herbivora). Jenis hewan yang hidup di padang rumput antara
lain kuda, zebra, bison, dan kanguru (yang hidup di padang rumput Australia).
Selain hewan herbivora, di daerah ini juga terdapat hewan predator seperti
singa, harimau, serigala, dan binatang karnivora lainnya.


b. Fauna di Daerah Gurun
Gurun identik dengan daerah kering, sehingga binatang yang berada di
daerah ini biasanya mampu beradaptasi dan bertahan hidup dalam kondisi
cuaca yang panas dan kering. Binatang yang hidup di daerah kering dicirikan
dengan pencarian mangsa pada pagi hari atau malam hari dan hidupnya di
lubang-lubang untuk melindungi diri dari sengatan sinar matahari pada siang
hari, dan cuaca dingin pada malam hari. Binatang yang hidup di gurun biasanya
berukuran kecil, seperti kadal, ular, dan tikus. Binatang yang berukuran besar
biasanya jarang ditemui di daerah ini, karena adaptasinya yang sulit. Contoh,
binatang besar yang mampu beradaptasi dan bertahan hidup di daerah gurun
adalah unta dan kuda.

c. Fauna di Daerah Tundra
Tundra merupakan daerah yang mempunyai iklim kutub, oleh karena itu
daerah ini merupakan daerah dingin (beku). Fauna di daerah tundra dicirikan
mempunyai bulu-bulu yang tebal, yang berfungsi sebagai pelindung dari cuaca
dingin di daerah tersebut. Fauna yang hidup di daerah tundra antara lain pendeer
dan muskox merupakan jenis hewan herbivora (pemakan jenis lumut). Jenis
hewan mamalia yang mampu bertahan di daerah tundra antara lain beruang
kutub, serigala kutub, dan kelinci kutub. Daerah tundra yang beriklim kutub
yang dingin memiliki jenis fauna lebih sedikit dibandingkan daerah gurun.

d. Fauna di Hutan Tropik
Fauna yang hidup di hutan tropik jenisnya sangat beragam antara lain kera,
berbagai jenis burung, hariamau, gajah, serangga, binatang melata, dan berbagai
jenis hewan vertebrata dan invertebrata lainnya.

e. Fauna di Daerah Taiga
Jenis fauna yang ada di daerah taiga didominasi oleh bermacam-macam
burung yang bermigrasi ke arah selatan pada waktu musim gugur. Jenis fauna
yang khas di daerah ini adalah moose, serigala, dan beruang hitam.
f. Fauna di Daerah Kutub
Fauna yang mampu hidup di daerah
kutub pada umumnya mempunyai bulubulu
yang tebal, seperti jenis hewan yang
hidup di daerah tundra. Fauna yang hidup
di daerah kutub antara lain beruang kutub
serta mamalia air seperti singa laut, yang
dijadikan sebagai makanan utama
beruang kutub, dan sejenis burung yaitu
penguin.

2. Jenis Hewan (Fauna) di Perairan
Organisme di dalam air dapat diklasifikasikan berdasarkan model
kehidupannya, sebagai berikut.
a. Bentos, adalah organisme yang melekat di dasar endapan. Bentos dapat
dibagi berdasarkan cara makannya, yaitu pemakan penyaring (kerang) dan
pemakan deposit (siput).
b. Plankton, adalah organisme mengapung yang pergerakannya tergantung
pada arus laut.
c. Nekton, adalah organisme yang dapat berenang dan bergerak dengan
kemampuannya sendiri, misalnya ikan, ampibi, dan serangga air.
d. Neustin, adalah organisme yang beristirahat atau berenang pada permukaan
laut.

3. Persebaran Tumbuhan (Flora) di Muka Bumi
Lapisan kehidupan di darat dapat diketahui berdasarkan ketampakan yang
disebut biom (biome) atau formasi biota. Sebuah biom adalah sekelompok
ekosistem daratan pada sebuah benua (pulau) yang mempunyai struktur dan
ketampakan vegetasi yang sama, sifat-sifat lingkungan yang sama, dan
mempunyai karakteristik komunitas yang sama pula.
Faktor utama pembentuk biom adalah pola-pola (tipe) iklim di bumi yang
tidak sama, yang disebabkan oleh bentuk bumi yang bulat, sehingga
menyebabkan intensitas penyinaran matahari dan curah hujan yang diterima
tidak sama. Setiap tipe iklim dengan karakteristik komunitas tumbuhan dan
hewan yang mampu beradaptasi dengan faktor-faktor lingkungannya akan
membentuk sebuah biom. Berikut ini diuraikan tipe-tipe biom yang dikenal di
bumi.

a. Hutan Hujan Tropika (Tropical Rains Forests)
Hutan jenis ini terdapat di daerah tropika yang basah dengan curah hujan
yang tinggi dan tersebar merata sepanjang tahun. Biom ini terdapat di Amerika
Tengah, Amerika Selatan, Afrika, Asia Tenggara (termasuk Indonesia), dan Australia
Timur Laut. Ciri yang dapat dilihat
pada hutan jenis ini di antaranya pohon-
pohonnya tinggi, berdaun lebar dan
selalu hijau, serta jenis pohon yang bermacam-
macam (heterogen). Sering
terdapat tanaman merambat berkayu
yang dapat mencapai puncak-puncak
pohon yang tinggi (rotan), dan epifit
yang menempel pada batang pohon
(paku-pakuan, anggrek). Hutan ini kaya
akan jenis-jenis hewan vertebrata dan
invertebrata.

b. Hutan Musim Tropika (Tropical Seasonal Forest)
Hutan jenis ini terdapat di daerah tropika yang beriklim basah tetapi mempunyai
musim kemarau yang panjang. Selama musim kemarau umumnya pohon-
pohon merontokkan daunnya (meranggas) untuk mengurangi penguapan.
Hutan musim tropika tersebar di India, Asia Tenggara dan daerah tropika lainnya.
c. Hutan Hujan Iklim Sedang
(Temperate Rainforests)
Hutan jenis ini tersebar di sepanjang
Pantai Pasifik di Amerika Utara,
yang terbentang dari negara bagian
California sampai ke negara bagian
Washington. Di negara bagian California
dan Oregon disebut dengan redwood
forests, sedangkan di negara bagian
Washingotn berupa hutan campuran
(mixed coneferous rainforests), di
Australia disebut dengan hutan eucalyptus.
Hutan hujan iklim sedang merupakan hutan dengan pepohonan yang tertinggi
di dunia, tetapi jenisnya lebih sedikit dibandingkan hutan hujan tropika.
d. Hutan Gugur (Temperate Deciduous Forests)
Hutan gugur terdapat di daerah yang beriklim kontinen sedang tetapi agak
basah. Pohon-pohon yang dominan adalah pohon-pohon berdaun lebar dan
tingginya mencapai 30-40 meter. Terdapat hewan-hewan yang beragam,
namun dengan aktivitas musiman, terutama rusa yang merupakan herbivora
utama. Hutan ini tersebar luas di Amerika Serikat, Eropa, Asia Timur, dan
Cile, serta di Pegunungan Amerika Tengah.

e. Taiga (Leaved Forests)
Taiga adalah hutan pohon pinus dengan daun-daun seperti jarum. Pohonpohon
yang terdapat di hutan taiga antara lain konifer (pohon spruce, alder,
dan birch) yang tumbuh di tempat-tempat dingin. Taiga tersebar di belahan
bumi utara (Kanada utara dan tengah, Rusia, dan Siberia Utara).
f. Stepa
Stepa adalah padang rumput
yang kering dan tidak ditumbuhi
semak-semak.

g. Sabana
Sabana, yaitu padang rumput
yang kering dan ditumbuhi semaksemak
belukar dan juga ditumbuhi
pepohonan. Sabana banyak terdapat
di Afrika yang menjadi habitat
hewan yang merumput (grazing
animal). Sabana terdapat pula di Australia, Amerika Selatan, dan Asia Selatan.
Di Indonesia, sabana terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Papua bagian
tenggara. Sabana biasanya merupakan daerah peralihan antara hutan dan padang
rumput. Sabana terjadi karena keadaan tanah, kebakaran yang berulang, dan
bukan disebabkan oleh keadaan iklim.

h. Tundra
Tundra adalah daerah beku dan
tandus di wilayah kutub utara. Di
wilayah ini tumbuhan jarang atau
bahkan tidak dapat hidup. Biasanya
vegetasi yang ada hanya padang lumut.

i. Gurun (Desert)
Gurun adalah hamparan padang
pasir yang terdapat di semua
benua dan mencakup bermacam-
macam komunitas. Pada umumnya
tumbuhan yang hidup di gurun berdaun
kecil atau tidak berdaun, serta
dapat beradaptasi terhadap penguapan
yang cepat dan air yang sedikit,
misal tumbuhan kaktus, perdu kreosot,
dan semak-semak gurun. Contoh
gurun antara lain Gurun Sahara
dan Kalahari di Afrika, dan Gurun
Gobi di Asia.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola persebaran flora di dunia
antara lain:
a. pola iklim, yang berkaitan dengan letak lintang dan curah hujan,
b. tipe-tipe tanah,
c. keadaan geologi masa lampau dan evolusi, dan
d. relief atau topografi.

3. Jenis Tumbuhan (Flora) di Perairan
Jenis flora di perairan antara lain sebagai berikut.

a. Terumbu Karang (Coral Reefs)
Terumbu karang adalah gunung kalsium karbonat yang berada di bawah
laut. Gunung ini terdiri atas karang, pasir karang, dan batu kapur padat. Terumbu
tersebut menjadi dasar bagi komunitas kehidupan laut yang dinamis dan
beragam. Jenis terumbu karang antara lain terumbu karang pinggiran (fringing

reefs), terumbu karang penghalang
(barrier reefs), maupun atoll dan
pseudo-atoll.
1) Terumbu karang pinggiran
(fringing reef), biasanya tumbuh
dari pantai, dan melebar ke arah
laut, seringkali mengikuti bentuk
luar pulau. Terumbu jenis ini
banyak terdapat di kawasan Kepulauan
Karibia.
2) Karang penghalang (barrier reef)
terbentuk dari bentangan pantai yang
dangkal yang tidak memiliki sungai atau
faktor lain yang menghalangi pertumbuhan
terumbu karang tersebut. Terumbu
dan daratan dipisahkan oleh laguna dangkal.
Laguna antara Great Barrier Reef dan
pesisir timur laut Australia lebarnya
berkisar antara 16 dan 160 kilometer dan
merupakan karang penghalang terbesar
di dunia.
3) Karang atol tumbuh merupakan
koloni karang di puncak gunung
api bawah laut yang muncul dari
dasar laut. Tumpukan karang itu
makin meluas ke arah luar,
bukan ke atas karena sebagian
besar hewan karang harus hidup
terendam air. Bentuknya seperti
kue donat yang mengikuti
puncak gunung api. Oleh sebab
itu, atol yang terbentuk biasanya
memiliki laguna di tengahnya
(kaldera gunung api). Bentuk karang seperti ini banyak dijumpai di Pasifik
Selatan.
Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 85.707 km,
meliputi 50.223 km karang penghalang, 19.540 km terumbu karang atol,
dan 15.944 karang pinggiran (tepi). Kawasan laut sekitar Maluku dan Sulawesi
merupakan kawasan terumbu karang yang paling banyak dan beragam di
Indonesia, bahkan di dunia. Makin ke barat atau ke timur jumlah dan
keanekaragaman jenis terumbu karang semakin berkurang.

b. Padang Lamun
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang
sudah beradaptasi sepenuhnya di dalam laut.
Tumbuhan ini mampu berfungsi normal
dalam keadaan terbenam di air laut yang asin,
mempunyai sistem perakaran jangkar dan
mampu mengadakan penyerbukan serta daur
generatif dalam keadaan terbenam. Lamun
dapat tumbuh subur terutama di daerah
pasang surut dan perairan pantai yang
dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan
patahan karang mati dengan kedalaman
sampai 4 meter.
Dari 20 jenis lamun yang ada di perairan
Asia Tenggara, 12 di antaranya dijumpai di perairan Indonesia. Padang
lamun merupakan habitat yang sangat penting bagi komunitas ikan, penyu
hijau, dan dugong (duyung), karena tumbuhan di padang lamun merupakan
sumber makanannya.
Carilah artikel dari berbagai media massa tentang illegal logging
(penebangan hutan liar) yang terjadi di Indonesia. Buatlah kliping dari artikel
tersebut, di akhir buku kliping berikan pendapat Anda tentang cara
penanggulangan dan pencegahan terhadap illegal logging. Serahkan hasilnya
kepada bapak atau ibu guru untuk dinilai.

C. Persebaran Hewan (Fauna) dan
Tumbuhan (Flora) di Indonesia
Indonesia mempunyai keanekaragaman
jenis hewan dan tumbuhan terbesar kedua di
dunia setelah Brasil. Berikut akan diuraikan
persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia.

1. Persebaran Fauna di Indonesia
Fauna sering juga diartikan dunia hewan.
Arti fauna adalah semua hewan yang hidup
di suatu daerah atau pada zaman tertentu, sedangkan
uraian fauna Indonesia terbatas pada
zaman sekarang ini. Uraian fauna lebih ditekankan
pada hewan liar, sedangkan hewan
yang dibudidayakan akan diuraikan pada peternakan.

Suatu daerah mempunyai ciri lingkungan tertentu yang berpengaruh terhadap
jenis dan kehidupan hewan. Indonesia mempunyai berbagai macam
lingkungan sebagai wilayah tempat hidup dan berkembangnya fauna. Pulaupulau
besar dan kecil yang jumlahnya lebih dari 13.000 buah, perairan yang
luasnya mencapai lebih dari tiga juta kilometer persegi, dan terletak di sekitar
khatulistiwa, merupakan tempat tinggal dari berbagai jenis fauna. Di Indonesia
terdapat lebih dari 500 jenis hewan menyusui (Mamalia), lebih dari 4.000 jenis
ikan (Pisces), lebih dari 1.600 jenis burung (Aves), lebih dari 1.000 jenis hewan
Reptil dan Amfibi, serta lebih dari 200.000 jenis serangga (insecta).
Jenis-jenis ikan meliputi ikan yang hidup di air tawar, air payau, maupun
air asin. Jenis-jenis serangga meliputi yang hidup di dalam tanah, di tempat
gelap, merayap di dalam kayu lapuk, maupun yang terbang. Di samping itu
masih banyak jenis cacing, lintah, siput, dan kerang.

a. Pembagian Fauna di Indonesia
Jenis-jenis dan persebaran hewan yang ada di Indonesia mempunyai kaitan
dengan sejarah terbentuknya kepulauan Indonesia. Indonesia bagian barat, yang
meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya pernah
menjadi satu dengan Benua Asia. Indonesia bagian timur, Papua, dan pulaupulau
di sekitarnya pernah menjadi satu dengan Benua Australia. Indonesia
bagian tengah, Pulau Sulawesi bersama pulau di sekitarnya, Kepulauan Nusa
Tenggara dan Kepulauan Maluku, merupakan wilayah yang tidak termasuk Benua
Asia maupun Australia.
1) Pembagian Fauna Menurut Wallace (1910)
Pada tahun 1910 (tiga tahun sebelum ia wafat), Wallace dengan
mempertimbangkan keunggulan bentuk fauna Asia di Sulawesi, menyimpulkan
bahwa fauna Sulawesi tampak demikian khas, sehingga Wallace menduga
bahwa Sulawesi dahulu pernah bersambung dengan Benua Asia maupun Benua
Australia. Wallace membuat garis yang ditarik dari sebelah timur Filipina, melalui
Selat Makassar dan antara Bali dan Lombok yang dikenal dengan Garis Wallace
dengan kemudian Wallace menggeser garis yang telah ditetapkan sebelumnya
ke sebelah timur Sulawesi (Wallace, 1910). Sulawesi merupakan daerah
peralihan antara fauna Asia dengan fauna Australia.
Wallace mengelompokkan jenis fauna di Indonesia menjadi tiga, yaitu:
a) Fauna Asiatis (Tipe Asia), menempati bagian barat Indonesia sampai Selat
Makassar dan Selat Lombok. Di daerah ini terdapat berbagai jenis hewan
menyusui yang besar seperti:
(1) tapir terdapat di Sumatra dan Kalimantan,
(2) banteng terdapat di Jawa dan Kalimantan,
(3) kera gibon terdapat di Sumatra dan Kalimantan,
(4) mawas (orang hutan), yaitu jenis kera besar dan tidak berekor, hewan
ini banyak terdapat di hutan-hutan Sumatra Utara dan Kalimantan,
(5) beruang terdapat di Sumatra dan Kalimantan,
(6) badak terdapat di Sumatra
dan Jawa (bercula dua),
(7) gajah terdapat di Sumatra
(berpindah-pindah),
(8) siamang (kera berwarna hitam
dan tak berekor) terdapat
di Sumatra,
(9) kijang badannya berwarna
kemerah-merahan terdapat di
Jawa, Sumatra, Bali, dan
Lombok,
(10) harimau loreng terdapat di
Jawa dan Sumatra, sedangkan harimau kumbang dan tutul terdapat di
Jawa, Bali, dan Madura,
(11) kancil adalah kijang kecil banyak terdapat di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan,
(12) trenggiling banyak terdapat di Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali,
dan
(13) jalak Bali terdapat di Bali, dan burung merah terdapat di Jawa.
Di daerah ini juga ditemui jenis hewan lain, seperti kancil pelanduk
(terdapat di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), singa, mukang (terdapat di
Sumatra, dan Kalimantan), dan ikan lumba-lumba (terdapat di Kalimantan).
b) Fauna tipe Australia, menempati bagian timur Indonesia meliputi Papua
dan pulau-pulau di sekitarnya. Di daerah ini tidak didapatkan jenis kera,
binatang menyusuinya kecil-kecil dan jumlahnya tidak banyak.

Hewan-hewan di Indonesia bagian timur mirip dengan hewan Australia.
Jenis hewan tipe Australia, antara lain sebagai berikut.
(1) Burung, terdiri atas cenderawasih,
kasuari, nuri dan raja
udang.
(2) Amfibi, terdiri atas katak pohon,
katak terbang, dan katak
air.
(3) Berbagai jenis serangga.
(4) Berbagai jenis ikan.
(5) Mamalia, terdiri atas kanguru,
walabi, beruang, nokdiak (landak
Papua), opossum laying
(pemanjat berkantung), kuskus,
dan kanguru pohon.
(6) Reptilia, terdiri atas buaya, biawak, kadal, dan kura-kura.
c) Fauna peralihan, menempati di antara Indonesia timur dan Indonesia barat,
misalnya di Sulawesi terdapat kera (fauna Asiatis) dan terdapat kuskus (fauna
Australia). Di samping itu terdapat hewan yang tidak didapatkan baik tipe
Asiatis maupun tipe Australia.
Fauna Indonesia yang tergolong tipe peralihan adalah sebagai berikut.
(1) Mamalia, terdiri atas anoa, babi rusa, kuskus, monyet hitam, sapi,
banteng, dan kuda.
(2) Reptilia, terdiri atas biawak, komodo, kura-kura, dan buaya.
(3) Amfibi, terdiri atas katak pohon, katak terbang, dan katak air.
(4) Berbagai macam burung, terdiri atas maleo, kakaktua, nuri, merpati,
burung dewata, dan angsa.
Di antara fauna yang terdapat di wilayah Indonesia bagian tengah
terdapat fauna yang khas Indonesia dan tidak dijumpai di daerah lain serta
termasuk hewan langka, antara lain anoa (mirip lembu) terdapat di Sulawesi;
biawak komodo terdapat di Pulau Komodo, Nusa Tenggara; burung maleo
terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe.
2) Pembagian Fauna Menurut Weber
Banyak ahli yang melakukan telaah tentang persebaran jenis hewan di
Indonesia dengan membuat garis batas yang berbeda-beda. Salah satu ahli adalah
Weber, ia menentukan batas dengan imbangan perbandingan hewan Asia dan
Australia 50 : 50. Weber menggunakan burung dan hewan menyusui sebagai
dasar analisisnya, tetapi tidak setiap binatang yang dijadikan dasar memiliki
garis batas yang sama. Contohnya, hewan melata dan kupu-kupu Asia
menembus lebih jauh ke arah timur daripada burung dan siput.
Garis batas antara Indonesia bagian barat dengan bagian tengah disebut
garis Wallace dan garis batas antara Indonesia bagian timur dengan bagian
tengah disebut garis Weber.



3) Pembagian Fauna Menurut Lydekker
Ahli lain, yaitu Lydekker, menentukan batas barat fauna Australia dengan
menggunakan garis kontur dan mengikuti kedalaman laut antara 180 – 200
meter, sekitar Paparan Sahul dan Paparan Sunda. Hal ini sama dengan Wallace
yang menentukan batas timur fauna Asia.
Adanya perbedaan fauna antara wilayah Indonesia bagian barat dan timur
karena kedua wilayah itu terpisah oleh perairan yang cukup luas dan dalam,
dan kedalaman lautnya lebih dari 1000 meter. Laut yang dalam tersebut sebagai
pemisah antara kedua wilayah, sehingga fauna pada masing-masing wilayah
berkembang sendiri-sendiri.
Mengapa terdapat persamaan antara hewan-hewan yang ada di wilayah
Indonesia Timur dengan hewan di negara Australia? Dapatkah Anda
memberikan alasannya!

2. Persebaran Tumbuhan (Flora) di Indonesia
Keanekaragaman tumbuhan di Indonesia dipengaruhi oleh:
a. Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang stabil.
b. Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia, artinya Kepulauan
Indonesia dilintasi oleh dua pusat persebaran biota Asia dan Australia.
c. Luas Kepulauan Indonesia, yang memungkinkan adanya berbagai spesies
hewan, dan tumbuhan yang hidup di dalamnya.

a. Keadaan Flora di Indonesia
Flora sering diartikan sebagai dunia tumbuh-tumbuhan. Arti flora adalah
semua tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu daerah pada zaman tertentu.
Keanekaragaman flora Indonesia tergolong tinggi jumlahnya di dunia, jauh lebih
tinggi dari flora yang ada di Amerika dan Afrika. Demikian pula jika
dibandingkan dengan daerah-daerah yang beriklim sedang dan dingin.
Jenis flora yang terdapat di Indonesia secara keseluruhan kurang lebih
25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang kurang
lebih 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis
endemik, atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia. Jumlah marga endemik
yang ada di Indonesia ada 202 jenis, 59 di antaranya terdapat di Kalimantan.
Dari semua jenis flora yang ada suku anggrek (orchidaceae) merupakan suku
yang terbesar. Volume kayu yang bernilai niaga yang terdapat di hutan seperti
Kalimantan diperkirakan sebanyak 40 – 400 m per hektar.

Keanekaragaman hayati Indonesia yang
jumlahnya cukup tinggi tersebut, baru sekitar
6.000 spesies tumbuhan, 1.000 spesies
hewan, dan 100 spesies jasad renik yang telah
diketahui potensinya dan dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia untuk menunjang
kebutuhan hidupnya. Spesies-spesies asli yang
telah berhasil dibudidayakan untuk menjamin
kebutuhan pangan kita antara lain adalah padi,
tebu dan pisang, untuk kesehatan kunyit dan
jahe, serta untuk bahan bangunan adalah bambu dan kayu sungkai.
Spesies-spesies pendatang yang sudah diperkenalkan puluhan tahun yang
lalu dan merupakan komoditi ekspor penghasil devisa antara lain teh, kopi,
tembakau, coklat, dan karet. Di samping yang telah dibudidayakan, banyak spesies
yang telah dimanfaatkan meskipun masih hidup liar di hutan-hutan Indonesia,
antara lain tumbuhan obat pasak bumi, kepuh, kedawung, dan temu hitam yang
dipanen dari populasi alami. Hutan kita pun dihuni oleh kerabat liar tanaman
budi daya seperti durian hutan, rambutan hutan, tengkawang, serta rotan.
Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan di
Indonesia, yaitu faktor fisik dan faktor biotik.
1) Faktor Fisik
a) Iklim
Iklim sangat besar pengaruhnya terutama terhadap suhu udara dan jumlah
curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat
dan beraneka jenis tanaman yang hidup di dalamnya. Daerah yang hujannya
relatif kurang biasanya tidak memiliki hutan yang lebat. Misalnya di Nusa
Tenggara, hutan yang lebat hampir tidak ada, di daerah ini banyak ditumbuhi
semak belukar dengan padang-padang rumput yang luas.
b) Suhu Udara
Fr. Junghuhn (1809-1864), seorang penyelidik
bangsa Jerman membedakan jenis
tumbuh-tumbuhan berdasarkan ketinggian
tempatnya.
(1) Tingkat tropis setinggi 700 m, terdiri atas
tumbuh-tumbuhan tropis.
(2) Tingkat subtropis hingga 1.000 m, sudah
mulai tidak ada tumbuh-tumbuhan hutan
dataran rendah.
(3) Ketinggian 1.000-2.000 m, terdapat
tumbuh-tumbuhan dari iklim sedang.
Daerah ini banyak terdapat kabut, pohonpohonnya
telah ditumbuhi lumut (hutan
kabut dan hutan lumut).

TANGGAP FENOMENA
(4) Lebih tinggi dari 2.000 m, hanya sedikit pohon, dan hanya terdapat
belukar dan rumput.
Suhu udara juga sangat berpengaruh pada kehidupan mewarnai
tanaman di suatu daerah. Junghuhn telah membuat zonasi (pembatasan
wilayah) tumbuh-tumbuhan di Indonesia, seperti terlihat pada Gambar 1.18.
c) Tanah dan Relief
Tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berbagai tanaman, antara
lain butiran dan susunannya (struktur yang mendukung). Di daerah yang
berelief kasar, maka lereng yang banyak mendapat sinar matahari hutannya
lebih lebat daripada lereng yang kurang mendapat sinar matahari.
Amatilah di lingkungan tempat tinggal Anda, apakah termasuk daerah
dingin, kering, dataran rendah atau yang lainnya. Jenis tumbuhan apa yang
cocok untuk hidup di daerah Anda. Tulislah hasil pengamatan Anda pada
selembar kertas, dan serahkan hasilnya kepada bapak atau ibu guru untuk
dinilai.

d) Keadaan Air
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan air. Berdasarkan
kebutuhan akan air, tanaman dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
(1) Xerofita adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di daerah kering, misalnya
kaktus.
(2) Hidrofita adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di daerah basah, misalnya
teratai dan eceng gondok.
(3) Mesofita adalah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di tempat sedang dan
membutuhkan air dalam jumlah sedang.

e) Geologi
Persebaran geografis tumbuhan di Kepulauan Indonesia secara keseluruhan
juga ditentukan oleh faktor geologis. Contoh di Paparan Sunda di bagian barat
dan Paparan Sahul di bagian timur, keadaan floranya mempunyai banyak
kesamaan, misalnya antara Sumatra dan Kalimantan mempunyai persamaan
flora mencapai 90%. Adanya variasi flora dari masing-masing paparan
merupakan pengaruh dari oleh faktor lingkungan setempat.

2) Faktor Biotik
Tumbuhan merupakan salah satu faktor biotik yang berpengaruh terhadap
keadaan tumbuhan yang lain. Tumbuhan yang besar akan melindungi tumbuhan
yang ada di bawahnya. Binatang yang sangat membantu proses terjadinya
penyerbukan dan penyebaran biji tumbuh-tumbuhan. Faktor biotik yang sangat
besar peranannya adalah manusia. Manusia dapat merusak dan melindungi
tumbuh-tumbuhan. Manusia dapat mengubah hutan menjadi areal industri dan
daerah perkotaan, tapi manusia juga dapat mengubah daerah yang gersang
menjadi daerah yang rindang.

b. Perwilayahan Flora Indonesia
1) Flora di Daerah Paparan Sahul
Flora di daerah Paparan Sahul adalah flora di daerah Irian Jaya, yang terdiri
atas tiga macam, sebagai berikut.
a) Pohon sagu, pohon nipah, dan mangrove.
b) Hutan hujan tropik.
c) Jenis Pemetia Pinnata (motea).
2) Flora di Daerah Peralihan
Di Sulawesi terdapat 4.222 jenis flora yang berkerabat dekat dengan wilayah
lain yang relatif kering di Filipina, Maluku, Nusa Tenggara, dan Jawa. Flora di
daerah peralihan yang berada di habitat pantai, dataran rendah dan ultra basis
lebih mirip dengan flora Irian dan jenis tumbuhan gunung mirip dengan yang
ada di Kalimantan.
Flora Sulawesi menunjukkan percampuran antara Indonesia bagian barat
dengan bagian timur. Jenis flora di Sulawesi banyak yang mempunyai kesamaan
dengan wilayah kering di Jawa, Maluku, dan Nusa Tenggara, sedangkan flora
dataran rendah di Sulawesi banyak yang mirip dengan flora dataran rendah di
Papua.
3) Flora di Daerah Paparan Sunda
Flora di daerah paparan Sunda adalah flora di wilayah Sumatra yang terdiri
atas tiga macam, yaitu:
a) Flora endemik, contoh bunga Rafflesia Arnoldi.
b) Flora di pantai timur terdiri atas mangrove dan rawa gambut.
c) Flora di pantai barat terdiri atas bermacam-macam vegetasi di antaranya
meranti-merantian, kemuning, rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan rotan.

Flora di Kalimantan memiliki kesamaan dengan flora di Sumatra, yaitu hutan
hujan tropik, hutan gambut, dan hutan mangrove.

Secara garis besar, pembagian flora Indonesia oleh Prof. C.G.G.J. Van
Steenis (1950) adalah seperti pada gambar 1.19. Garis Wallace membatasi
antara flora Indonesia bagian barat dengan bagian timur, sedangkan garis
Zollinger memberikan batas di Indonesia bagian timur yang mempunyai
musim kemarau panjang, yaitu di Kepulauan Nusa Tenggara.

c. Persebaran Tumbuhan di Indonesia Berdasarkan Iklim dan
Keadaan Daerah
Persebaran tumbuh-tumbuhan menurut lingkungan geografi berdasarkan
iklim dan keadaan daerah di Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Hutan Mangrove
Hutan mangrove atau hutan pasang, hutan ini khas bagi daerah pantai
tropik, ciri tumbuhan ini mempunyai akar napas yang tergantung dari batang,
benih tumbuhan dapat mengapung di air laut selama beberapa bulan, sehing-
Indonesia Bagian Barat
(Tipe Asia)
Indonesia Bagian Timur
(Tipe Australia)
1. Sedikit jenis tumbuhan matoa
(Pometia Pinnata).
2. Terdapat berbagai jenis nangka (Artocarpus
spp).
3. Tidak terdapat hutan kayu putih.
4. Sedikit jenis tumbuhan sagu.
5. Jenis meranti-merantian sangat
banyak (350 jenis).
6. Terdapat berbagai jenis rotan.
1. Terdapat berbagai jenis tumbuhan
matoa (Pometia pinnata) khususnya
di Papua.
2. Tidak terdapat jenis-jenis nangka
(Artocarpus spp).
3. Terdapat hutan kayu putih.
4. Banyak jenis tumbuhan sagu.
5. Jenis meranti-merantian sedikit
(25 pohon).
6. Tidak terdapat rotan.

2) Hutan Lumut (Tundra)
Hutan lumut, terdapat di pegunungan-pegunungan tinggi yang selalu
tertutup kabut karena letaknya sangat tinggi dari permukaan laut, sehingga
udaranya sangat lembap dan suhunya rendah sekali. Hutan lumut terdiri atas
pohon-pohonan yang ditumbuhi dengan lumut, misalnya di pegunungan tinggi
di Papua, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

3) Hutan Rawa
Hutan rawa, meliputi daerah yang cukup luas di Indonesia. Hutan rawa air
tawar tidak menghasilkan kayu yang baik, tetapi tanahnya dapat dimanfaatkan
sebagai tanah pertanian. Hutan rawa gambut dapat menghasilkan kayu, salah
satunya ialah kayu ramin. Hutan rawa gambut banyak terdapat di Kalimantan
Barat dan Kalimantan Tengah.
4) Hutan Musim
Jenis hutan ini sering disebut dengan hutan homogen, karena tumbuhannya
hanya terdiri atas satu pohon. Hutan ini bercirikan gugurnya daun-daun
pada musim kemarau (meranggas). Sebagai contoh ialah hutan jati, cemara,
dan pinus. Jenis hutan ini banyak terdapat di Indonesia bagian tengah, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur sampai Nusa Tenggara.
5) Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis merupakan
hutan rimba yang memiliki pohonpohon
yang lebat. Jenis hutan ini
banyak terdapat di daerah hutan tropis
atau daerah yang mengalami hujan
sepanjang tahun. Hutan ini sering
disebut dengan hutan heterogen,
karena tumbuhannya terdiri bermacam-
macam jenis pohon. Jenis
hutan ini banyak terdapat di Pulau
Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
6) Stepa
Stepa, adalah padang rumput yang cukup luas. Terdapatnya stepa di Indonesia
disebabkan curah hujan sudah banyak turun di bagian barat seperti Sumatra
dan Jawa Barat, sehingga angin musim yang membawa hujan dari arah Asia

BERPIKIR KRITIS
sudah kering setelah sampai di daerah ini. Curah hujan yang ada hanya cukup
untuk tumbuhnya tumbuh-tumbuhan jenis rumput yang tidak terlalu banyak
membutuhkan air. Daerah yang terdapat stepa ini antara lain Nusa Tenggara Timur
dan Timor Timur.
7) Sabana
Sabana memiliki ciri daerah
padang rumput yang luas dengan diselingi
adanya pohon-pohon atau semak-
semak di sekitarnya. Daerah ini
mengalami musim kemarau yang panjang
dan bersuhu panas. Di Indonesia
terdapat di Nusa Tenggara, Madura,
dan di dataran tinggi Gayo (Aceh).
Wilayah ini digunakan untuk peternakan,
seperti sapi, kuda, dan kambing.
Buatlah kelompok diskusi yang terdiri 4-5 orang, dengan cara-cara yang
efektif untuk memanfaatkan keanekaragaman flora dan fauna di Indonesia.
Tuliskan hasil diskusi pada selembar kertas. Presentasikan hasil diskusi
kelompok Anda di depan kelas, untuk ditanggapi teman Anda yang lain
dan guru.
D. Pelestarian Flora (Tumbuhan) dan Fauna (Hewan) di Indonesia
Pelestarian alam merupakan bagian integral dari pembangunan. Menurut
konsep terakhir, pengertian pelestarian alam mempunyai ruang lingkup yang
luas. Pelestarian alam bukan hanya alam yang dilindungi, tetapi juga semua
makhluk dan faktor lingkungannya. Jadi, usaha pelestarian alam harus ditetapkan
pada sistem kehidupan secara menyeluruh. Usaha ini meliputi pengolahan
lingkungan yang lebih baik agar kualitas hidup manusia dapat meningkat.
1. Pelestarian Tumbuhan atau Flora di Indonesia
Pelestarian tumbuhan di Indonesia tidak hanya ditujukan pada jenis-jenis
tumbuhan langka saja, tetapi juga ditujukan untuk kelestarian sumber daya kayu
sebagai kekayaan alam. Pelestarian flora dilakukan antara lain sebagai berikut.
a. Pengawasan Ketat terhadap Kayu Hutan
Keluarga meranti-merantian (Dipterocarpaceae) merupakan penghasil kayu
terbesar di Indonesia. Penebangannya sangat giat, tetapi kurang memerhatikan
penanamannya kembali. Jenis-jenis kayu yang dikhawatirkan akan sangat


berkurang adalah kapur, keruing, tengkawang, damar, bakau, ramin, ulin, eboni,
dan cendana. Khusus kayu ulin, eboni, dan cendana sangat banyak diminati
masyarakat dan mempunyai nilai ekspor yang tinggi. Pemerintah telah
mengadakan pengawasan ketat agar kayu-kayu tersebut jangan sampai punah.
b. Penanaman Hutan Kembali (Reboisasi)
Penebangan kayu hutan hendaknya diberi kewajiban untuk menanam
kembali pohon-pohon yang telah ditebang. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga
kestabilan hutan dan mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor, serta
menjaga kelestarian sumber daya kayu hutan agar tetap terjamin.
c. Cagar Alam
Kawasan hutan yang dilindungi untuk mempertahankan tumbuhan/flora
agar dapat berkembang baik secara alami disebut cagar alam.
Berikut contoh cagar alam yang ada di Indonesia.
1) Rafflesia di Bengkulu, untuk melindungi
bunga Rafflesia Arnoldi sebagai
bunga terbesar di dunia.
2) Ujung Kulon di Jawa barat, untuk
melindungi: badak, buaya, banteng,
rusa, babi hutan, merak, dan tumbuhtumbuhan.
3) Sibolangit di Sumatra Utara, untuk
melindungi flora asli khas dataran
rendah Sumatra Timur antara lain
bunga lebah dan bunga bangkai.
4) Pulau Dua di Jawa Barat, untuk
melindungi hutan dan berbagai jenis burung.
5) Arjuna Lalijiwa di Jawa Timur, untuk melindungi hutan cemara dan hutan
alpina.
6) Cibodas di Jawa Barat untuk melindungi hutan cadangan di daerah basah.
7) Tanjung Pangandaran Jawa Barat, untuk melindungi hutan rusa, banteng,
dan babi hutan.
8) Liabo Pauti, di Sumatra Barat, untuk melindungi tumbuh-tumbuhan khas
Sumatra Barat dan beberapa macam hewan antara lain siamang dan tapir.
9) Cagar alam di Kalimantan Timur dimaksudkan untuk melindungi berbagai
jenis anggrek alam (Orchiaceae). Beberapa jenis anggrek di tempat ini hanya
terdapat di Indonesia, misalnya anggrek hitam (Coelogyne pandurata).
Jenis-jenis flora yang dilindungi saat ini antara lain sebagai berikut.
1) Vegetasi hutan musim.
2) Vegetasi dan hutan pegunungan.
3) Vegetasi rawa dan hutan rawa air tawar.
4) Hutan depterocarpaceae tanah rendah.
5) Hutan gambut.
6) Hutan kerangas (health forest).

7) Hutan pantai dan hutan bakau.
8) Hutan cadangan di daerah basah.
9) Berbagai spesies bunga.

2. Pelestarian Hewan atau Fauna Indonesia
Pemerintah menyediakan wilayah untuk dihuni oleh hewan-hewan yang
dilindungi agar tetap hidup dan berkembang biak. Wilayah-wilayah perlindungan
hewan disebut suaka alam. Suaka alam adalah suatu wilayah yang digunakan
untuk perlindungan dan kelestarian lingkungan sebagai tempat hidup flora dan
fauna. Suaka alam yang dipakai untuk perlindungan fauna disebut suaka
margasatwa. Di tempat ini hewan yang dilindungi dapat hidup bebas dan
berkembang biak secara alami. Lingkungan tempat hidupnya dijaga agar tidak
rusak. Apabila hewan yang dilindungi itu terlalu banyak, maka hewan tersebut
ditangkap dan dijinakkan untuk dimanfaatkan oleh manusia.
Contoh-contoh suaka margasatwa di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Buton Utara di Sulawesi Tenggara sebagai suaka margasatwa jenis kuskus, kera
Sulawesi, burung maleo, dan berbagai jenis burung, khususnya jenis kakaktua.
b. Lambusango di Sulawesi Tenggara, sebagai suaka margasatwa jenis babi
rusa, anoa, dan rusa
c. Pulau Dolok di Papua bagian selatan, sebagai suaka margasatwa berbagai
jenis burung, kanguru, dan buaya
d. Gunung Leuser di Aceh letaknya di bagian selatan Gunung Leuser. Jenis hewan
yang dilindungi di tempat ini antara lain gajah, harimau loreng, harimau tutul,
mawas, beruang madu, badak Sumatra bercula dua, buaya, dan burung rangkok.
Di cagar alam Gunung Leuser tercatat 105 jenis hewan menyusui, 75
jenis hewan melata dan 20 jenis hewan amfibi, serta berbagai jenis burung.
e. Meru Betiri di Jawa Timur yang masih merupakan hutan asli sejak zaman
dahulu di Jawa. Di tempat ini dilindungi harimau loreng Jawa yang
diperkirakan hanya tinggal beberapa ekor, termasuk 29 jenis hewan menyusui,
sekitar 180 jenis burung, di pantainya terdapat tempat penyu bertelur.
f. Pulau Semana dan Pulau Sangolaki di Kalimantan Timur sebagai suaka
margasatwa, khususnya tempat bertelurnya penyu laut hijau. Di kedua pulau
kecil ini sebelum dinyatakan sebagai suaka margasatwa dapat diambil sekitar
2 juta telur penyu setiap tahun.
g. Ulu Sembakung di Kalimantan Timur berbatasan dengan Sabah. Di tempat
ini dilindungi hewan mawas, beruang, dan gajah Kalimantan.
h. Gunung Watumahae di Sulawesi Tenggara, sebagai suaka margasatwa jenis
hewan anoa, burung maleo, rusa, dan berbagai jenis burung, khususnya
jenis kakaktua.
i. Ujung Kulon di Jawa Barat, tempat ini khusus melindungi Badak Jawa
bercula satu. Jenis badak ini tinggal satu-satunya di dunia. Pada tahun 1990
diperkirakan tinggal 60 ekor. Hewan lain yang hidup di sini adalah harimau
tutul, harimau loreng, banteng, anjing hutan, kera, pelanduk, buaya, sekitar
200 jenis burung, dan ular piton.
j. Pulau Komodo di sebelah barat
Pulau Flores Nusa Tenggara Timur.
Pulau ini sangat terkenal di dunia
karena didiami biawak dan komodo.
Hewan ini dinilai sebagai sisa-sisa
hewan reptil di zaman purba.
k. Way Kambas di Lampung, tempat
ini terkenal sebagai perlindungan
gajah. Di sini juga dipakai sebagai
pusat penjinakkan dan pelatihan
gajah agar dapat dimanfaatkan untuk
pertunjukkan dan patroli keamanan. Fauna lain yang dilindungi di tempat
ini adalah tapir, beruang madu, siamang, kijang, kerbau liar, buaya, dan
biawak, serta berbagai jenis burung.
l. Pulau Rambut, di teluk Jakarta. Pulau ini ditetapkan sebagai suaka
margasatwa, untuk perlindungan berbagai jenis burung. Jenis-jenis burung
penghuni pohon ini antara lain kutilang, kepodang, jalak, perkutut, dan
prenjak. Pulau ini dikhususkan untuk melindungi burung-burung penggembira
untuk berkembang biak.
m. Kutai di Kalimantan Timur, sebagai suaka margasatwa untuk hewan mawas
dan banteng.
n. Perairan Sungai Mahakam, di Kalimantan Timur, sebagai suaka margasatwa
khususnya untuk ikan pesut.
Bukalah atlas Anda, lihatlah lokasi-lokasi suaka margasatwa dan cagar alam
yang ada di Indonesia pada Atlas. Buatlah kesimpulan dari pengamatan
Anda tersebut, dapatkah Anda memberikan alasan mengapa lokasi suaka
mergasatwa dan cagar alam ada di wilayah tersebut. Tulislah pendapat Anda
pada selembar kertas dan serahkan kepada bapak atau ibu guru untuk dinilai.

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Anda mampu memahami tentang:
1. Pengertian biosfer.
2. Persebaran hewan dan tumbuhan di muka bumi.
3. Persebaran hewan dan tumbuhan di Indonesia.
4. Pelestarian hewan dan tumbuhan di Indonesia.
Apabila Anda belum mampu untuk memahami, pelajari kembali materi
dalam bab ini atau tanyakan kepada bapak atau ibu guru, sebelum Anda
melangkah ke bab berikutnya.


Read more...

Pengertian Geografi

Minggu, 24 Januari 2010


Pengetahuan manusia mengenai konsep geografi sebenarnya sudah lama berkembang sebab dalam kehidupannya, manusia sejak lahir sampai batas akhir hayatnya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh alam lingkungannya. Seluruh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan dengan jalan berinteraksi dengan alam lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh dalam kehidupannya manusia membutuhkan air,udara,dan makanan dan banyak lagi kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhannya itu manusia baik secara langsung maupun secara tidak langsung akan berhubungan dengan lingkungan alam.Sejalan dengan perkembangan keberadaanhidup manusia maka geografi menjadi sebuah disiplin ilmu. Istilah Geografi pertama kali diperkenalkan oleh Erasto Thenes pada abad I SM. Geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Geographica. Geographica merupakan rangkaian 2 suku kata yaitu Geo dan Graphein, Geo berarti bumi Graphein berarti tulisan, gambaran, uraian. Sehingga secara harfiah Geografi adalah penulisan atau penggambaran mengenai bumi.

Pengertian geografi berkembang sehingga tidak lagi sebatas pengertian secara harfiah seprti disebutkan diatas Banyak ahli geografi yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian geografi.Ada beberapa pengertian menurut para ahli geografi :

1.Prof. Bintarto : Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan.
2.Claudius Ptolomeus : mempelajari hal, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia dan mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
3.Erastothenes : geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
4.Ellsworth Hunthington: memandang manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
5.Menurut Erastothenes, geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
6.Menurut Claudius Ptolomaeus, geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan seluruh permukaan bumi.
7.John Mackinder (1861-1947) seorang pakar geografi memberi definisi geografi sebagai satu kajian mengenai kaitan antara manusia dengan alam sekitarnya.
8.Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati.
9.Preston E. James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.
10.Menurut Ullman (1954), Geografi adalah interaksi antar ruang.
11.Maurice Le Lannou (1959)mengemukakan bahwa Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya di muka bumi.
12.Paul Claval (1976) berpendapat bahwa Geografi selalu ingin menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan.
13.Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
14.UNESCO (1956) mendifinasikan geografi sebagai: 1. satu agen sintesis; 2. satu kajian perhubungan ruang; 3. sains dalam penggunaan tanah.


Read more...

Tentang Tsunami

Jumat, 18 Desember 2009


Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.

Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteotsunami


yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.

Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam

Terminologi

Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 195 tsunami telah terjadi.

Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.

Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.

Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai Bahasa Tamil, Beuna atau alôn buluëk Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, semong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami.

Penyebab terjadinya tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Syarat terjadinya tsunami akibat gempa

* Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
* Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
* Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Sistem Peringatan Dini

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang terknoneksi dengansatelit.

Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April 1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.

Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.

Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).

Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.

Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

Cara Kerja

Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.

Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).

Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.

Jika tsunami datang
1. Jangan panik
2. Jangan menjadikan gelombang tsunami sebagai tontonan. Apabila gelombang tsunami dapat dilihat, berarti kita berada di kawasan yang berbahaya
3. Jika air laut surut dari batas normal, tsunami mungkin terjadi
4. Bergeraklah dengan cepat ke tempat yang lebih tinggi ajaklah keluarga dan orang di sekitar turut serta. Tetaplah di tempat yang aman sampai air laut benar-benar surut. Jika Anda sedang berada di pinggir laut atau dekat sungai, segera berlari sekuat-kuatnya ke tempat yang lebih tinggi. Jika memungkinkan, berlarilah menuju bukit yang terdekat
5. Jika situasi memungkinkan, pergilah ke tempat evakuasi yang sudah ditentukan
6. Jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan tindakan seperti di atas,
carilah bangunan bertingkat yang bertulang baja (ferroconcrete building), gunakan tangga darurat untuk sampai ke lantai yang paling atas (sedikitnya sampai ke lantai 3).
7. Jika situasi memungkinkan, pakai jaket hujan dan pastikan tangan anda bebas dan tidak membawa apa-apa

Sesudah tsunami

1. Ketika kembali ke rumah, jangan lupa memeriksa kerabat satu-persatu
2. Jangan memasuki wilayah yang rusak, kecuali setelah dinyatakan aman
3. Hindari instalasi listrik
4. Datangi posko bencana, untuk mendapatkan informasi Jalinlah komunikasi dan
kerja sama degan warga sekitar
5. Bersiaplah untuk kembali ke kehidupan yang normal

Tsunami dalam sejarah

* 1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
* 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
* 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
* 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang.
* 2007 - 12 September, Bengkulu, M8.4, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.

Read more...

Berita Nasional

About This Blog

ShoutMix


ShoutMix chat widget

  © Blogger template Brownium by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP